ADVERTISER

Senin, 30 Mei 2016

Indahnya Berbagi dan Peduli

 
Assalamualaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh

Hanya ada Aisyah dan pembantunya di rumah itu. Panas kota Madinah menyengat siapa yang berlalu di jalanannya. Siang itu Aisyah sedang berpuasa. Terdengar suara pintu rumah sederhana itu diketuk oleh seseorang. Sang pembantu melihatnya, ternyata seorang pengemis tua renta mengais belas kasihan. 

“Seorang miskin meminta makanan,” jawab sang pembantu ketika Aisyah bertanya siapa yang datang.

“Apa yang kita punya,” tanya Aisyah santun kepadanya. 

“Hanya sepotong roti kering.”

“Berikanlah kepadanya,” pinta Aisyah.

“Tapi, engkau sedang berpuasa, dan tinggal roti kering yang kita punya. Untuk buka puasa nanti tidak ada makanan lagi,” papar pembantu dengan suara rendah.

Aisyah tersenyum dan berkata, “Iya, tolong berikan saja roti itu. Insya Allah untuk buka puasa nanti ada yang lebih baik.”

Subhanallah, di sore hari, Aisyah mendapatkan hadiah seekor kambing dari seseorang tanpa disangka-sangka. Aisyah pun berbuka dengan daging kambing. “Lihatlah, Alhamdulillah makanan ini lebih baik daripada sepotong roti tadi,” kata Aisyah kepada pembantunya sembari diiringi senyum bahagia dan mengajak sang pembantu makan bersama.


Saudaraku, demikianlah bagaimana sejatinya “hitung-hitungan” pesona dari dampak berbagi dengan sesama. Allah selalu mengganti dengan lebih baik dan bertambah. Karena itu ada baiknya presepsi atau cara pandang kita ketika berbagi dengan sesama adalah dengan presepsi yang Allah dan Rasul-Nya sebutkan. Pasalnya jika kita benar-benar memahami pandangan Islam tentang berbagi, sesungguhnya ia sangat mempesona. Di antara pesona memikat berbagi dengan sesama dapat dihimpun dalam 7 pesona berikut :


1. Mensucikan dan memberkahi harta



Allah SWT berfirman, “Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka, dan mendoalah untuk mereka.” (at-Taubah [9]:103)



2. Sebab turunnya kebaikan hidup dari Allah SWT



Rasulullah SAW bersabda, “Tidaklah suatu kaum enggan mengeluarkan zakat dari harta-harta mereka, melainkan mereka akan dicegah dari mendapatkan hujan dari langit. Sekiranya bukan karena binatang-binatang ternak, niscaya mereka tidak diberi hujan.” (HR. Ibnu Majah)
Nabi Muhammad SAW bersabda, “Turunkanlah (datangkanlah) rezekimu (dari Allah) dengan mengeluarkan sedekah.” (HR. al-Baihaqi)



3. Lepas dari kesusahan hidup



Allah SWT berfirman, “Orang-orang yg menafkahkan hartanya di malam dan di siang hari secara tersembunyi dan terang-terangan, maka mereka mendapat pahala di sisi Tuhannya. Tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.” (al-Baqarah [2] : 274)



4. Hidup terjamin dengan doa Malaikat



“Tidaklah datang sesuatu hari kecuali akan turun dua malaikat yang salah satunya mengatakan, ‘Ya, Allah berilah orang-orang yg berinfak itu balasan’, dan yang lain mengatakan, ‘Ya, Allah berilah pada orang yang bakhil kebinasaan (hartanya).” (Muttafaq ‘alaihi)



5. Justru menambah harta



Allah SWT berfirman, “Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.” (al-Baqarah [2] : 261)
Rasulullah saw bersabda, "Tidak akan pernah berkurang harta yang disedekahkan kecuali justru ia bertambah, bertambah, bertambah.” (HR. Tirmidzi)



6. Jauh dari hidup susah dan terapi sakit



Rasulullah SAW bersabda, “Sedekah itu dapat merendam murka Allah dan mencegah dari keadaan mati yang jelek.” (HR. Tirmidzi)
Nabi Muhammad SAW bersabda, “Obatilah orang-orang sakit dengan sedekah, bentengilah hartamu dengan zakat, dan sesungguhnya zakat itu menolak peristiwa mengerikan dan penyakit.” (HR. ad-Dailami) 


7. Agar selalu ditolong Allah SWT



Rasulullah SAW bersabda, “Allah selalu menolong orang selama orang itu selalu menolong saudaranya (sesama muslim).” (HR. Ahmad)


Mudah-mudahan dengan kita mengembangkan presepsi atau mindset kita tentang berbagi dengan sesama, yang sungguh mempesona, dapat menggerakan kita untuk senantiasa semangat berbagi dengan sesama. Karena berbagi dengan sesama adalah laksana cermin; kebaikan dan urgensinya kembali kepada diri kita.
Kita sering mendengar dan membaca kata atau tulisan let’s share and care, yang artinya marilah kita berbagi dan peduli. Hal ini mengandung makna bahwa dalam kehidupan hendaknya kita saling berbagi dan peduli dengan dan kepada orang lain. Berbagi tidak dapat dilepaskan dari peduli. Berbagi dan peduli ibarat dua sisi mata uang yang tidak dapat dipisahkan. Beberapa ahli mengatakan bahwa peduli mengawali langkah dalam berbagi.

Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/ilammaolani/indahnya-berbagi-dan-peduli_552a84896ea8341522552d0c
Kita sering mendengar dan membaca kata atau tulisan let’s share and care, yang artinya marilah kita berbagi dan peduli. Hal ini mengandung makna bahwa dalam kehidupan hendaknya kita saling berbagi dan peduli dengan dan kepada orang lain. Berbagi tidak dapat dilepaskan dari peduli. Berbagi dan peduli ibarat dua sisi mata uang yang tidak dapat dipisahkan. Beberapa ahli mengatakan bahwa peduli mengawali langkah dalam berbagi. Berbagi merupakan sikap yang terpuji. Orang yang senang berbagi berarti ia punya kepedulian terhadap orang lain. Ketika kita punya harta, tenaga dan ilmu, sementara orang lain di sekeliling kita membutuhkan ketiga hal itu, maka sangatlah arif, bijaksana dan pantas bila ketiganya dibagikan kepada orang lain yang memerlukan, terlebih apabila orang lain itu berada dalam kesusahan. Itulah cermin dan wujud kepedulian seorang manusia terhadap manusia yang lain. Berbagi dan peduli termasuk dua perbuatan yang dapat dikategorikan sebagai implementasi dari sifat tolong-menolong, dan ini diperintahan Allah swt. dalam Surat Al-Maidah ayat 2: “....Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran...”. Manusia merupakan makhluk yang ditaruh dalam hatinya oleh Sang Pencipta kerinduan untuk senantiasa berbagi. Berbagi mengindikasikan pengorbanan dan kerelaan untuk memberi. Semakin banyak memberi, semakin tidak akan merasa kekurangan. Pengorbanan yang paling tinggi adalah dalam bentuk penyangkalan diri, yakni ketika yang dikorbankan adalah harga diri sendiri untuk meningkatkan harga diri orang lain. Disinilah keindahan berbagi daripada sekedar menerima. Namun, pergeseran paradigma moral saat ini telah membawa keindahan lain yang sifatnya semu, yaitu keindahan dalam mengambil atau menerima bukan untuk memberi. Bahkan, di lain pihak banyak individu saat ini justru mau berbagi dan memberi dengan tujuan demi untuk mendongkrak popularitas diri. Dengan berbagi dirinya menjadi terkenal. Tujuannya bukan karena Allah swt. (ikhlas), tetapi ingin dipuji oleh orang alias ria. Berbagi bukanlah merupakan bungkus yang tampak dari luar saja, melainkan sesuatu yang berasal dari dalam. Itulah sebabnya ketika seorang berbagi dengan orang lain sebaiknya tidak diketahui oleh orang lain. Cukup diketahui oleh orang yang menerima perhatian dan kasih kita serta Sang Khalik yang melihat hati yang tulus untuk berbagi. Terkadang dalam berbagi, iblis berusaha untuk mencari peluang mencuri kerendahan hati kita dengan memberi kepuasan semu yang menjadi kesombongan diri. Berbagi yang dilandasi ketulusan hati akan membawa perubahan yang drastis bagi kedua belah pihak dan komunitas yang ada di sekitarnya.

Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/ilammaolani/indahnya-berbagi-dan-peduli_552a84896ea8341522552d0c
Kita sering mendengar dan membaca kata atau tulisan let’s share and care, yang artinya marilah kita berbagi dan peduli. Hal ini mengandung makna bahwa dalam kehidupan hendaknya kita saling berbagi dan peduli dengan dan kepada orang lain. Berbagi tidak dapat dilepaskan dari peduli. Berbagi dan peduli ibarat dua sisi mata uang yang tidak dapat dipisahkan. Beberapa ahli mengatakan bahwa peduli mengawali langkah dalam berbagi. Berbagi merupakan sikap yang terpuji. Orang yang senang berbagi berarti ia punya kepedulian terhadap orang lain. Ketika kita punya harta, tenaga dan ilmu, sementara orang lain di sekeliling kita membutuhkan ketiga hal itu, maka sangatlah arif, bijaksana dan pantas bila ketiganya dibagikan kepada orang lain yang memerlukan, terlebih apabila orang lain itu berada dalam kesusahan. Itulah cermin dan wujud kepedulian seorang manusia terhadap manusia yang lain. Berbagi dan peduli termasuk dua perbuatan yang dapat dikategorikan sebagai implementasi dari sifat tolong-menolong, dan ini diperintahan Allah swt. dalam Surat Al-Maidah ayat 2: “....Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran...”. Manusia merupakan makhluk yang ditaruh dalam hatinya oleh Sang Pencipta kerinduan untuk senantiasa berbagi. Berbagi mengindikasikan pengorbanan dan kerelaan untuk memberi. Semakin banyak memberi, semakin tidak akan merasa kekurangan. Pengorbanan yang paling tinggi adalah dalam bentuk penyangkalan diri, yakni ketika yang dikorbankan adalah harga diri sendiri untuk meningkatkan harga diri orang lain. Disinilah keindahan berbagi daripada sekedar menerima. Namun, pergeseran paradigma moral saat ini telah membawa keindahan lain yang sifatnya semu, yaitu keindahan dalam mengambil atau menerima bukan untuk memberi. Bahkan, di lain pihak banyak individu saat ini justru mau berbagi dan memberi dengan tujuan demi untuk mendongkrak popularitas diri. Dengan berbagi dirinya menjadi terkenal. Tujuannya bukan karena Allah swt. (ikhlas), tetapi ingin dipuji oleh orang alias ria. Berbagi bukanlah merupakan bungkus yang tampak dari luar saja, melainkan sesuatu yang berasal dari dalam. Itulah sebabnya ketika seorang berbagi dengan orang lain sebaiknya tidak diketahui oleh orang lain. Cukup diketahui oleh orang yang menerima perhatian dan kasih kita serta Sang Khalik yang melihat hati yang tulus untuk berbagi. Terkadang dalam berbagi, iblis berusaha untuk mencari peluang mencuri kerendahan hati kita dengan memberi kepuasan semu yang menjadi kesombongan diri. Berbagi yang dilandasi ketulusan hati akan membawa perubahan yang drastis bagi kedua belah pihak dan komunitas yang ada di sekitarnya.

Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/ilammaolani/indahnya-berbagi-dan-peduli_552a84896ea8341522552d0c
Kita sering mendengar dan membaca kata atau tulisan let’s share and care, yang artinya marilah kita berbagi dan peduli. Hal ini mengandung makna bahwa dalam kehidupan hendaknya kita saling berbagi dan peduli dengan dan kepada orang lain. Berbagi tidak dapat dilepaskan dari peduli. Berbagi dan peduli ibarat dua sisi mata uang yang tidak dapat dipisahkan. Beberapa ahli mengatakan bahwa peduli mengawali langkah dalam berbagi. Berbagi merupakan sikap yang terpuji. Orang yang senang berbagi berarti ia punya kepedulian terhadap orang lain. Ketika kita punya harta, tenaga dan ilmu, sementara orang lain di sekeliling kita membutuhkan ketiga hal itu, maka sangatlah arif, bijaksana dan pantas bila ketiganya dibagikan kepada orang lain yang memerlukan, terlebih apabila orang lain itu berada dalam kesusahan. Itulah cermin dan wujud kepedulian seorang manusia terhadap manusia yang lain. Berbagi dan peduli termasuk dua perbuatan yang dapat dikategorikan sebagai implementasi dari sifat tolong-menolong, dan ini diperintahan Allah swt. dalam Surat Al-Maidah ayat 2: “....Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran...”. Manusia merupakan makhluk yang ditaruh dalam hatinya oleh Sang Pencipta kerinduan untuk senantiasa berbagi. Berbagi mengindikasikan pengorbanan dan kerelaan untuk memberi. Semakin banyak memberi, semakin tidak akan merasa kekurangan. Pengorbanan yang paling tinggi adalah dalam bentuk penyangkalan diri, yakni ketika yang dikorbankan adalah harga diri sendiri untuk meningkatkan harga diri orang lain. Disinilah keindahan berbagi daripada sekedar menerima. Namun, pergeseran paradigma moral saat ini telah membawa keindahan lain yang sifatnya semu, yaitu keindahan dalam mengambil atau menerima bukan untuk memberi. Bahkan, di lain pihak banyak individu saat ini justru mau berbagi dan memberi dengan tujuan demi untuk mendongkrak popularitas diri. Dengan berbagi dirinya menjadi terkenal. Tujuannya bukan karena Allah swt. (ikhlas), tetapi ingin dipuji oleh orang alias ria. Berbagi bukanlah merupakan bungkus yang tampak dari luar saja, melainkan sesuatu yang berasal dari dalam. Itulah sebabnya ketika seorang berbagi dengan orang lain sebaiknya tidak diketahui oleh orang lain. Cukup diketahui oleh orang yang menerima perhatian dan kasih kita serta Sang Khalik yang melihat hati yang tulus untuk berbagi. Terkadang dalam berbagi, iblis berusaha untuk mencari peluang mencuri kerendahan hati kita dengan memberi kepuasan semu yang menjadi kesombongan diri. Berbagi yang dilandasi ketulusan hati akan membawa perubahan yang drastis bagi kedua belah pihak dan komunitas yang ada di sekitarnya.

Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/ilammaolani/indahnya-berbagi-dan-peduli_552a84896ea8341522552d0c

Minggu, 22 Mei 2016

keindahan surga

Disusun oleh Muhammad Abduh Tuasikal, ST (Artikel Buletin At Tauhid) Saudaraku yang semoga dirahmati oleh Allah, sesungguhnya orang yang tidak mengenal kemuliaan akhirat dan malas beribadah akan menganggap dunia ini sebagai negeri yang senantiasa ia tempati. Ia selalu merasa kurang terhadap apa yang dimilikinya, tidak pernah merasa cukup mengejar dunia sampai segala keinginannya terpenuhi. Padahal, apa yang ia usahakan, berupa harta, anak, dan lain-lain, semua itu tidak akan pernah menimbulkan kepuasan pada dirinya, bahkan mampu membawa kesengsaraan baginya. Seharusnya dia menyadari bahwa sebentar lagi kematian akan menghampirinya. Adapun orang yang mendapat taufik, dia menyadari bahwa dunia dan segala keindahannya itu hanyalah tipuan belaka, sehingga dia tidak terperdaya bahkan sebaliknya akan bergegas menuju ampunan Allah serta surga yang seluas langit dan bumi, yang dipersiapkan bagi orang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya. Kenikmatan di Surga Saudaraku … Bersegeralah menuju ampunan Rabb kalian dan surga yang seluas langit dan bumi. Di dalamnya terdapat berbagai kenikmatan yang tidak pernah terlihat oleh mata, terdengar oleh telinga, ataupun terbetik di hati seorangpun.
Hal ini sebagaimana dibenarkan oleh firman Allah azza wa jalla yang artinya, Seorangpun tidak mengetahui apa yang disembunyikan untuk mereka yaitu (bermacam-macam nimat) yang menyedapkan pandangan mata sebagai balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan. (As Sajdah : 17).
Di antara kenikmatan di surga yang Allah dan Rasul-Nya telah perkenalkan pada kita adalah : 1. Merasakan nikmatnya sungai susu, arak, dan madu, sebagaimana Allah Taala berfirman yang artinya, (Apakah) perumpamaan (penghuni) surga yang dijanjikan kepada orang-orang yang bertakwa yang di dalamnya ada sungai-sungai dari air yang tidak berubah rasa dan baunya, sungai-sungai dari air susu yang tidak berubah rasanya, sungai-sungai dari khamer (arak) yang lezat rasanya bagi peminumnya dan sungai-sungai dari madu yang disaring. (Muhammad : 15). 2. Mendapatkan isteri yang masih belia dan berumur sebaya, sebagaimana firman Allah yang artinya, ”Sesungguhnya orang-orang yang bertaqwa mendapat kemenangan, (yaitu) kebun-kebun dan buah anggur, dan gadis-gadis remaja yang sebaya. (An Naba : 31-33). 3. Hidup kekal dengan nikmat lahir dan batin, sebagaimana Rasulullah shollallohu alaihi wa sallam bersabda yang artinya, Siapa yang masuk surga selalu merasa nikmat, tidak pernah susah, pakaiannya tidak pernah cacat, dan kepemudaannya tidak pernah sirna. (HR. Muslim). 4. Diberi umur muda, sebagaimana Nabi shollallohu alaihi wa sallam bersabda yang artinya, Ahli surga, berbadan indah tanpa bulu, matanya indah bercelak, umurnya 30 atau 33 tahun. (Shohihul Jaami). 5. Memandang wajah Allah yang mulia, sebagaimana diriwayatkan dari Shuhaib, bahwa Nabi shollallohu alaihi wa sallam bersabda, Jika surga telah dimasuki oleh para penghuninya, ada yang menyeru : Wahai penduduk surga, sesungguhnya Allah mempunyai suatu janji untuk kalian yang janji tersebut berada di sisi Allah, di mana Dia ingin menuaikannya. Mereka berkata : Apakah itu? Bukankah Dia telah memberatkan timbangan-timbangan kami, memasukkan kami ke surga, dan menyelamatkan kami dari neraka? Beliau melanjutkan : Maka Allah menyingkapkan hijabnya (tabirnya), sehingga mereka melihat-Nya (wajah Allah). Demi Allah, Allah belum pernah memberikan sesuatu pun yang lebih mereka cintai dan menyejukkan pandangan mereka daripada melihat-Nya. (HR. Muslim). Masih banyak sekali ayat dan hadits lainnya yang menerangkan tentang sifat-sifat surga, kenikmatannya, kesenangannya, kebahagiannya, dan keelokannya. Semoga Allah menjadikan kita sebagai penghuninya. Jalan Menuju Surga Jika ada yang bertanya tentang amal dan jalan menuju ke surga, maka jawabannya telah Allah berikan secara jelas dalam wahyu yang diturunkan kepada Rasul-Nya yang mulia. Di antaranya sebagaimana yang Allah jelaskan dalam surat Al Muminuun ayat 1-11. Beberapa sifat-sifat penghuni surga -semoga Allah menjadikan kita sebagai penghuninya- dari ayat tersebut adalah: Pertama, beriman kepada Alloh dan perkara-perkara yang wajib diimani dengan keimanan yang mewajibkan penerimaan, ketundukan, dan kepatuhan. Kedua, khusyu dalam sholatnya yaitu hatinya hadir dan anggota tubuhnya tenang. Ketiga, menjauhkan diri dari perkataan dan perbuatan yang sia-sia (yang tidak mempunyai faedah dan kebaikan). Keempat, menunaikan zakat yaitu bagian harta yang wajib dikeluarkan atau mensucikan jiwa mereka (karena salah satu makna zakat adalah bersuci) berupa perkataan dan perbuatan. Kelima, menjaga kemaluannya, kecuali terhadap isteri dan budaknya. Keenam, memelihara amanah yang dipercayakan dan memenuhi janjinya baik kepada Alloh, kepada sesama mukmin, ataupun kepada makhluk lainnya. Ketujuh, melaksanakan sholat pada waktunya, sesuai dengan bentuknya yang sempurna, dengan memenuhi syarat, rukun, dan kewajibannya. Selain ayat di atas, Rosululloh shollallohu alaihi wa sallam juga telah menjelaskan tentang jalan menuju surga yaitu dengan menuntut ilmu syari. Rosululloh shollallohu alaihi wa sallam bersabda yang artinya, Barangsiapa yang menempuh satu jalan untuk menuntut ilmu, niscaya Alloh akan memudahkannya dalam menempuh jalan ke surga. (HR. Muslim). Ya Allah, mudahkanlah kami untuk melaksanakan amalan-amalan ini dan teguhkanlah kami di atasnya. Dahsyatnya Neraka Saudaraku … Kebalikan dari berbagai kenikmatan di atas, sebagian makhluk malah menuju neraka yang teramat panas. Dan Allah subhanahu wa taala telah memperingatkan kepada kita tentang neraka dalam kitab-Nya dan melalui lisan Rosul-Nya. Alloh telah menggambarkan kepada kita tentang berbagai bentuk siksaan yang terdapat di dalamnya dengan penggambaran yang mampu membuat hati dan jantung ini serasa terbelah-belah. Maka perhatikanlah baik-baik terhadap apa yang datang dalam Al Quran dan As Sunnah tentang berbagai bentuk adzab (siksaan) di dalamnya. Di antara siksaan-siksaan bagi penduduk neraka adalah : 1. Kulit mereka diganti dengan yang baru, sebagaimana Alloh berfirman yang artinya, Setiap kali kulit mereka hangus, Kami ganti kulit mereka dengan kulit yang lain, supaya mereka merasakan adzab. (An Nisa : 56). 2. Bara apinya membakar sampai ke hati, sebagaimana Alloh berfirman yang artinya, (Yaitu) api (yang disediakan) Alloh yang dinyalakan, yang (membakar) sampai ke hati. (Al Humazah : 6-7). 3. Mereka diseret ke neraka di atas wajah mereka, sebagaimana dalam firman-Nya yang artinya, (Ingatlah) pada hari mereka diseret ke neraka atas muka mereka. (Al Qomar : 48). 4. Minuman mereka seperti besi yang mendidih, sebagaimana Alloh berfirman yang artinya, Dan jika mereka meminta minum, niscaya mereka akan diberi minum dengan air seperti besi yang mendidih yang menghanguskan muka. Itulah minuman yang paling buruk dan tempat istirahat yang paling jelek. (Al Kahfi : 29). 5. Tubuh mereka membesar, sebagaimana sabda beliau shollallohu alaihi wa sallam yang artinya, Gigi taring orang kafir besarnya seperti gunung uhud dan tebal kulit mereka seukuran tiga perjalanan. (Shohihul Jaami) Begitu syadiid (keras) siksaan ini, lalu siksaan apa yang paling ringan bagi penghuni neraka? Rosululloh shollallohu alaihi wa sallam bersabda yang artinya, Sesungguhnya penduduk neraka yang paling ringan siksanya ialah orang yang mengenakan dua sandal dari neraka lalu mendidih otaknya karena sangat mencekam panas dua sandalnya. (HR. Muslim). Wahai saudaraku … tidakkah kalian takut dengan siksa yang pedih dan dahsyat ini ??! Sebab-Sebab Masuk Neraka Perlu diketahui bahwa terdapat dua jenis sebab yang menyebabkan seseorang masuk neraka -semoga Alloh menyelamatkan kita darinya-. Jenis pertama adalah sebab-sebab yang menyebabkan pelakunya tidak lagi beriman, menjadikannya kafir, sekaligus membuatnya kekal di neraka. Di antara sebab-sebab jenis pertama ini adalah : Pertama, melakukan syirik akbar (besar), seperti bernadzar dan menyembelih kepada selain Alloh. Kedua, kufur kepada Alloh, malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, Rosul-Nya, hari akhir, serta qodho dan qodhar dengan cara mendustakan, menentang, ataupun meragukannya. Ketiga, mengingkari kewajiban salah satu rukun Islam yang lima. Keempat, mengolok-olok dan mencaci Alloh, agama-Nya, atau Rosul-Nya. Kelima, berhukum dengan selain hukum Alloh dengan keyakinan hukum tersebut lebih benar dan lebih bermanfaat, atau setara dengan hukum Alloh, atau meyakini bolehnya hal tersebut. Keenam, kemunafikan yaitu menyembunyikan kekafiran dalam hatinya, akan tetapi dia menampakkan diri seolah-olah seorang muslim. Jenis kedua adalah sebab yang menyebabkan pelakunya berhak masuk neraka, namun tidak kekal di dalamnya. Di antaranya ialah : durhaka pada kedua orang tua, memutuskan silaturahmi, memakan riba, memakan harta anak yatim, bersaksi palsu, dan sumpah palsu. Ya Alloh, selamatkanlah kami dari neraka, lindungilah kami dari negeri yang penuh kehinaan dan kerusakan, dan tempatkanlah kami di negeri orang yang berbakti dan bertakwa. Yang sangat membutuhkan ampunan dan rahmat Rabbnya Muhammad Abduh Tuasikal, ST