ADVERTISER

Senin, 30 Mei 2016

Indahnya Berbagi dan Peduli

 
Assalamualaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh

Hanya ada Aisyah dan pembantunya di rumah itu. Panas kota Madinah menyengat siapa yang berlalu di jalanannya. Siang itu Aisyah sedang berpuasa. Terdengar suara pintu rumah sederhana itu diketuk oleh seseorang. Sang pembantu melihatnya, ternyata seorang pengemis tua renta mengais belas kasihan. 

“Seorang miskin meminta makanan,” jawab sang pembantu ketika Aisyah bertanya siapa yang datang.

“Apa yang kita punya,” tanya Aisyah santun kepadanya. 

“Hanya sepotong roti kering.”

“Berikanlah kepadanya,” pinta Aisyah.

“Tapi, engkau sedang berpuasa, dan tinggal roti kering yang kita punya. Untuk buka puasa nanti tidak ada makanan lagi,” papar pembantu dengan suara rendah.

Aisyah tersenyum dan berkata, “Iya, tolong berikan saja roti itu. Insya Allah untuk buka puasa nanti ada yang lebih baik.”

Subhanallah, di sore hari, Aisyah mendapatkan hadiah seekor kambing dari seseorang tanpa disangka-sangka. Aisyah pun berbuka dengan daging kambing. “Lihatlah, Alhamdulillah makanan ini lebih baik daripada sepotong roti tadi,” kata Aisyah kepada pembantunya sembari diiringi senyum bahagia dan mengajak sang pembantu makan bersama.


Saudaraku, demikianlah bagaimana sejatinya “hitung-hitungan” pesona dari dampak berbagi dengan sesama. Allah selalu mengganti dengan lebih baik dan bertambah. Karena itu ada baiknya presepsi atau cara pandang kita ketika berbagi dengan sesama adalah dengan presepsi yang Allah dan Rasul-Nya sebutkan. Pasalnya jika kita benar-benar memahami pandangan Islam tentang berbagi, sesungguhnya ia sangat mempesona. Di antara pesona memikat berbagi dengan sesama dapat dihimpun dalam 7 pesona berikut :


1. Mensucikan dan memberkahi harta



Allah SWT berfirman, “Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka, dan mendoalah untuk mereka.” (at-Taubah [9]:103)



2. Sebab turunnya kebaikan hidup dari Allah SWT



Rasulullah SAW bersabda, “Tidaklah suatu kaum enggan mengeluarkan zakat dari harta-harta mereka, melainkan mereka akan dicegah dari mendapatkan hujan dari langit. Sekiranya bukan karena binatang-binatang ternak, niscaya mereka tidak diberi hujan.” (HR. Ibnu Majah)
Nabi Muhammad SAW bersabda, “Turunkanlah (datangkanlah) rezekimu (dari Allah) dengan mengeluarkan sedekah.” (HR. al-Baihaqi)



3. Lepas dari kesusahan hidup



Allah SWT berfirman, “Orang-orang yg menafkahkan hartanya di malam dan di siang hari secara tersembunyi dan terang-terangan, maka mereka mendapat pahala di sisi Tuhannya. Tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.” (al-Baqarah [2] : 274)



4. Hidup terjamin dengan doa Malaikat



“Tidaklah datang sesuatu hari kecuali akan turun dua malaikat yang salah satunya mengatakan, ‘Ya, Allah berilah orang-orang yg berinfak itu balasan’, dan yang lain mengatakan, ‘Ya, Allah berilah pada orang yang bakhil kebinasaan (hartanya).” (Muttafaq ‘alaihi)



5. Justru menambah harta



Allah SWT berfirman, “Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.” (al-Baqarah [2] : 261)
Rasulullah saw bersabda, "Tidak akan pernah berkurang harta yang disedekahkan kecuali justru ia bertambah, bertambah, bertambah.” (HR. Tirmidzi)



6. Jauh dari hidup susah dan terapi sakit



Rasulullah SAW bersabda, “Sedekah itu dapat merendam murka Allah dan mencegah dari keadaan mati yang jelek.” (HR. Tirmidzi)
Nabi Muhammad SAW bersabda, “Obatilah orang-orang sakit dengan sedekah, bentengilah hartamu dengan zakat, dan sesungguhnya zakat itu menolak peristiwa mengerikan dan penyakit.” (HR. ad-Dailami) 


7. Agar selalu ditolong Allah SWT



Rasulullah SAW bersabda, “Allah selalu menolong orang selama orang itu selalu menolong saudaranya (sesama muslim).” (HR. Ahmad)


Mudah-mudahan dengan kita mengembangkan presepsi atau mindset kita tentang berbagi dengan sesama, yang sungguh mempesona, dapat menggerakan kita untuk senantiasa semangat berbagi dengan sesama. Karena berbagi dengan sesama adalah laksana cermin; kebaikan dan urgensinya kembali kepada diri kita.
Kita sering mendengar dan membaca kata atau tulisan let’s share and care, yang artinya marilah kita berbagi dan peduli. Hal ini mengandung makna bahwa dalam kehidupan hendaknya kita saling berbagi dan peduli dengan dan kepada orang lain. Berbagi tidak dapat dilepaskan dari peduli. Berbagi dan peduli ibarat dua sisi mata uang yang tidak dapat dipisahkan. Beberapa ahli mengatakan bahwa peduli mengawali langkah dalam berbagi.

Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/ilammaolani/indahnya-berbagi-dan-peduli_552a84896ea8341522552d0c
Kita sering mendengar dan membaca kata atau tulisan let’s share and care, yang artinya marilah kita berbagi dan peduli. Hal ini mengandung makna bahwa dalam kehidupan hendaknya kita saling berbagi dan peduli dengan dan kepada orang lain. Berbagi tidak dapat dilepaskan dari peduli. Berbagi dan peduli ibarat dua sisi mata uang yang tidak dapat dipisahkan. Beberapa ahli mengatakan bahwa peduli mengawali langkah dalam berbagi. Berbagi merupakan sikap yang terpuji. Orang yang senang berbagi berarti ia punya kepedulian terhadap orang lain. Ketika kita punya harta, tenaga dan ilmu, sementara orang lain di sekeliling kita membutuhkan ketiga hal itu, maka sangatlah arif, bijaksana dan pantas bila ketiganya dibagikan kepada orang lain yang memerlukan, terlebih apabila orang lain itu berada dalam kesusahan. Itulah cermin dan wujud kepedulian seorang manusia terhadap manusia yang lain. Berbagi dan peduli termasuk dua perbuatan yang dapat dikategorikan sebagai implementasi dari sifat tolong-menolong, dan ini diperintahan Allah swt. dalam Surat Al-Maidah ayat 2: “....Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran...”. Manusia merupakan makhluk yang ditaruh dalam hatinya oleh Sang Pencipta kerinduan untuk senantiasa berbagi. Berbagi mengindikasikan pengorbanan dan kerelaan untuk memberi. Semakin banyak memberi, semakin tidak akan merasa kekurangan. Pengorbanan yang paling tinggi adalah dalam bentuk penyangkalan diri, yakni ketika yang dikorbankan adalah harga diri sendiri untuk meningkatkan harga diri orang lain. Disinilah keindahan berbagi daripada sekedar menerima. Namun, pergeseran paradigma moral saat ini telah membawa keindahan lain yang sifatnya semu, yaitu keindahan dalam mengambil atau menerima bukan untuk memberi. Bahkan, di lain pihak banyak individu saat ini justru mau berbagi dan memberi dengan tujuan demi untuk mendongkrak popularitas diri. Dengan berbagi dirinya menjadi terkenal. Tujuannya bukan karena Allah swt. (ikhlas), tetapi ingin dipuji oleh orang alias ria. Berbagi bukanlah merupakan bungkus yang tampak dari luar saja, melainkan sesuatu yang berasal dari dalam. Itulah sebabnya ketika seorang berbagi dengan orang lain sebaiknya tidak diketahui oleh orang lain. Cukup diketahui oleh orang yang menerima perhatian dan kasih kita serta Sang Khalik yang melihat hati yang tulus untuk berbagi. Terkadang dalam berbagi, iblis berusaha untuk mencari peluang mencuri kerendahan hati kita dengan memberi kepuasan semu yang menjadi kesombongan diri. Berbagi yang dilandasi ketulusan hati akan membawa perubahan yang drastis bagi kedua belah pihak dan komunitas yang ada di sekitarnya.

Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/ilammaolani/indahnya-berbagi-dan-peduli_552a84896ea8341522552d0c
Kita sering mendengar dan membaca kata atau tulisan let’s share and care, yang artinya marilah kita berbagi dan peduli. Hal ini mengandung makna bahwa dalam kehidupan hendaknya kita saling berbagi dan peduli dengan dan kepada orang lain. Berbagi tidak dapat dilepaskan dari peduli. Berbagi dan peduli ibarat dua sisi mata uang yang tidak dapat dipisahkan. Beberapa ahli mengatakan bahwa peduli mengawali langkah dalam berbagi. Berbagi merupakan sikap yang terpuji. Orang yang senang berbagi berarti ia punya kepedulian terhadap orang lain. Ketika kita punya harta, tenaga dan ilmu, sementara orang lain di sekeliling kita membutuhkan ketiga hal itu, maka sangatlah arif, bijaksana dan pantas bila ketiganya dibagikan kepada orang lain yang memerlukan, terlebih apabila orang lain itu berada dalam kesusahan. Itulah cermin dan wujud kepedulian seorang manusia terhadap manusia yang lain. Berbagi dan peduli termasuk dua perbuatan yang dapat dikategorikan sebagai implementasi dari sifat tolong-menolong, dan ini diperintahan Allah swt. dalam Surat Al-Maidah ayat 2: “....Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran...”. Manusia merupakan makhluk yang ditaruh dalam hatinya oleh Sang Pencipta kerinduan untuk senantiasa berbagi. Berbagi mengindikasikan pengorbanan dan kerelaan untuk memberi. Semakin banyak memberi, semakin tidak akan merasa kekurangan. Pengorbanan yang paling tinggi adalah dalam bentuk penyangkalan diri, yakni ketika yang dikorbankan adalah harga diri sendiri untuk meningkatkan harga diri orang lain. Disinilah keindahan berbagi daripada sekedar menerima. Namun, pergeseran paradigma moral saat ini telah membawa keindahan lain yang sifatnya semu, yaitu keindahan dalam mengambil atau menerima bukan untuk memberi. Bahkan, di lain pihak banyak individu saat ini justru mau berbagi dan memberi dengan tujuan demi untuk mendongkrak popularitas diri. Dengan berbagi dirinya menjadi terkenal. Tujuannya bukan karena Allah swt. (ikhlas), tetapi ingin dipuji oleh orang alias ria. Berbagi bukanlah merupakan bungkus yang tampak dari luar saja, melainkan sesuatu yang berasal dari dalam. Itulah sebabnya ketika seorang berbagi dengan orang lain sebaiknya tidak diketahui oleh orang lain. Cukup diketahui oleh orang yang menerima perhatian dan kasih kita serta Sang Khalik yang melihat hati yang tulus untuk berbagi. Terkadang dalam berbagi, iblis berusaha untuk mencari peluang mencuri kerendahan hati kita dengan memberi kepuasan semu yang menjadi kesombongan diri. Berbagi yang dilandasi ketulusan hati akan membawa perubahan yang drastis bagi kedua belah pihak dan komunitas yang ada di sekitarnya.

Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/ilammaolani/indahnya-berbagi-dan-peduli_552a84896ea8341522552d0c
Kita sering mendengar dan membaca kata atau tulisan let’s share and care, yang artinya marilah kita berbagi dan peduli. Hal ini mengandung makna bahwa dalam kehidupan hendaknya kita saling berbagi dan peduli dengan dan kepada orang lain. Berbagi tidak dapat dilepaskan dari peduli. Berbagi dan peduli ibarat dua sisi mata uang yang tidak dapat dipisahkan. Beberapa ahli mengatakan bahwa peduli mengawali langkah dalam berbagi. Berbagi merupakan sikap yang terpuji. Orang yang senang berbagi berarti ia punya kepedulian terhadap orang lain. Ketika kita punya harta, tenaga dan ilmu, sementara orang lain di sekeliling kita membutuhkan ketiga hal itu, maka sangatlah arif, bijaksana dan pantas bila ketiganya dibagikan kepada orang lain yang memerlukan, terlebih apabila orang lain itu berada dalam kesusahan. Itulah cermin dan wujud kepedulian seorang manusia terhadap manusia yang lain. Berbagi dan peduli termasuk dua perbuatan yang dapat dikategorikan sebagai implementasi dari sifat tolong-menolong, dan ini diperintahan Allah swt. dalam Surat Al-Maidah ayat 2: “....Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran...”. Manusia merupakan makhluk yang ditaruh dalam hatinya oleh Sang Pencipta kerinduan untuk senantiasa berbagi. Berbagi mengindikasikan pengorbanan dan kerelaan untuk memberi. Semakin banyak memberi, semakin tidak akan merasa kekurangan. Pengorbanan yang paling tinggi adalah dalam bentuk penyangkalan diri, yakni ketika yang dikorbankan adalah harga diri sendiri untuk meningkatkan harga diri orang lain. Disinilah keindahan berbagi daripada sekedar menerima. Namun, pergeseran paradigma moral saat ini telah membawa keindahan lain yang sifatnya semu, yaitu keindahan dalam mengambil atau menerima bukan untuk memberi. Bahkan, di lain pihak banyak individu saat ini justru mau berbagi dan memberi dengan tujuan demi untuk mendongkrak popularitas diri. Dengan berbagi dirinya menjadi terkenal. Tujuannya bukan karena Allah swt. (ikhlas), tetapi ingin dipuji oleh orang alias ria. Berbagi bukanlah merupakan bungkus yang tampak dari luar saja, melainkan sesuatu yang berasal dari dalam. Itulah sebabnya ketika seorang berbagi dengan orang lain sebaiknya tidak diketahui oleh orang lain. Cukup diketahui oleh orang yang menerima perhatian dan kasih kita serta Sang Khalik yang melihat hati yang tulus untuk berbagi. Terkadang dalam berbagi, iblis berusaha untuk mencari peluang mencuri kerendahan hati kita dengan memberi kepuasan semu yang menjadi kesombongan diri. Berbagi yang dilandasi ketulusan hati akan membawa perubahan yang drastis bagi kedua belah pihak dan komunitas yang ada di sekitarnya.

Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/ilammaolani/indahnya-berbagi-dan-peduli_552a84896ea8341522552d0c

Tidak ada komentar:

Posting Komentar